Example 200x600
Example 200x600
Example 1020x250
#Kiyai SalehFiksi

Serial Kiyai Saleh #2: “Menjalani Takdir”

1081
×

Serial Kiyai Saleh #2: “Menjalani Takdir”

Share this article
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
22
+1
6
+1
2
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0

Jelek sekali kurasa nasibku Ais. Suryati, teman kampus Ais yang curhat sembari mendesis. Ais yang semula sibuk mengamati ponselnya mengalihkan pandangan. Suryati sedang mengalami himpitan ekonomi. Situasi ekonomi keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Suryati sebagai anak sulung harus berjuang untuk menghidupi keluarganya dan melanjutkan kuliahnya.

”Kenapaki’?”

”Berapa kalima’ melamar kerja, tapi tidak ada satupun yang terimaka’. Pernah sekali hampir saya dapat, tapi berubah di akhir karena ada orang dekatnya itu bos yang tiba-tiba masuk.”

Ais terdiam. Tidak ada kata yang bisa terucap dari mulutnya dengan cepat. ”Sabarki’ saja. Mungkin Tuhan menyiapkan sesuatu yang baik.” Kata Ais dengan hati-hati. Dia khawatir kalimat penghiburnya itu menjadi toxic bagi Suryati.

Suryati hanya terdiam. Kalimat Ais tidak cukup kuat untuk menghilangkan semburat sedih dan aura khawatir di wajahnya.

Ais pulang dari kampus dengan perasaan yang kurang enak. Potrait wajah sendu Suryati menggelayuti hatinya.

”Bagaimana sebenarnya konsep takdir itu Kyai?” Ais segera mengajukan pertanyaan  begitu sang Kyai menutup pengajian pasca Magrib dan memberi kesempatan kepada para santrinya, seperti biasa.

”Bukannya saya sudah pernah jelaskan di waktu lalu, Ais.” Jawab Kyai Saleh dengan nada datar.

”Kulupa­mi Kyai.” Ais melemahkan nada bicaranya ketika mengucapkan kalimat ini. Ada kesan malu dan ragu di nada suaranya.

”Huuuu.. ndak muperhatikan kapang waktu Kyai menjelaskan.” Yusran menyela.

Ais merengut. Wajahnya memperlihatkan tanda tak suka. Sang Kyai tersenyum melihat ulah para santrinya.

”Bagian apa yang kau mau tanyakan?”

Lalu, Ais bercerita. Tentang Suryati yang dirundung sedih dan meratapi nasibnya.

”Kasian sekali temanku, Kyai. Kayaknya Tuhan tidak berpihak kepadanya.” Kata Ais mengakhiri ceritanya.

”Ya, kita percaya nasib kita sudah ditetapkan oleh Tuhan. Semua manusia mengalami situasi yang sama dengan takaran yang beda-beda. Sedih, bahagia, senang, takut, dialami semua manusia.”

”Tapi kan katanya Tuhan akan mengabulkan doa manusia dan memberkahi upaya manusia? Mengapa ada doa yang tidak dikabulkan?”

”Manusia yang mana?”

”Maksudnya Kyai?”

”Siapa yang tidak dikabulkan doanya?”

”Temanku to.. bate-nya mi berusaha dan berdoa.”

Kyai Saleh tersenyum sejenak.

”Ais, Tuhan itu milik semua orang. Untuk hal yang sama, ada dua sampai tiga manusia berdoa. Jika kamu dan temanmu tidak mendapatkan berarti Tuhan mengabulkan doa manusia lainnya. Jadi Tuhan selalu mengabulkan doa manusia. Hanya saja kamu tidak bisa mengatur Tuhan seperti keinginanmu.”

”Artinya Kyai?”

”Aktifkan mode sabar.”

”Hanya itu Kyai?”

”Sabar itu mekanisme penyelesaian masalah. Sabar adalah menerima situasi yang kita tidak inginkan.”

”Untuk apa sabar itu Kyai. Tidak menyelesaikan masalahji?” Ais sedikit meninggikan suara ketika mengucapkan pertanyaan ini.

”Hehehe… karena keinginanmu terlalu tinggi. Keinginan sumber penderitaan. Begitu keinginanmu tak tercapai. Maka kamu butuh pelampiasan. Hingga Tuhan pun kamu salah kan.”

”Memang natural ji, Kyai to?”

”Artinya, kamu ingin menarik Tuhan untuk kepentinganmu. Tapi kamu lupa bahwa Tuhan untuk semua. Jika keinginanmu tak dikabulkan, boleh jadi Tuhan mengabulkan permintaan orang lain.” Sang Kyai terdiam sejenak. Diraihnya botol minuman yang telah disiapkan oleh Sampara, sebagaimana biasanya.

”Jadi, takdir itu bagaimana penjelasan sebenarnya Kyai?” Ais kembali bertanya.

”Takdir adalah jalan. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Ujung dari perjalanan ini telah ditetapkan. Hasil akhirnya bahkan sudah ditetapkan.”

”Fatalis itu, Kyai.” Yusran menyela.

”Apa dibilang?”

”Pasrah sepenuhnya kepada Tuhan.”

”Bagus itu. Hidupnya nikmat.”

”Tapi kalau semua fatalis, terus apa gunanya manusia dihadirkan di dunia?” Sela Tesa.

Kyai Saleh tersenyum.

”Kehidupan manusia ini adalah misteri Tuhan. Tuhan tahu segalanya tetapi manusia tidak tahu apa-apa. Ketidaktahuan manusia ini-lah inti kehidupan. Ketidaktahuan manusia terhadap dirinya dan masa depannya menjadikan kehidupan ini menarik dan dinamis. Ibarat permainan, ketidaktahuan kita terhadap hasil pertandingan adalah bagian yang membuat kita tetap ingin menonton. Di situ letak menariknya.”

”Jadi takdir itu permainan?” Ais kembali menyerang dengan pertanyaan. Entah mengapa ada pernyataan Kyai Saleh yang membuatnya kurang puas.

”Takdir adalah diksi untuk menamai sesuatu yang kita tidak bisa mengetahui sebab-sebabnya. Juga, untuk menentramkan diri. Takdir bisa membentengi diri kita dari keinginan berfikiran negatif terhadap orang lain. Takdir adalah obat yang yang mengeluarkan toxic kebencian. Maka, takdir sangat kita butuhkan untuk mengendalikan diri kita agar tidak terjebak dalam kegirangan yang berlebihan atau kesedihan yang berlebihan.

”Apakah takdir bisa berubah?” Yusran kembali bertanya.

Kyai Saleh tersenyum. ”Tidak ada yang bisa mengubah takdir, bukan karena takdir tidak bisa berubah, melainkan karena kita sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang takdir. Bagaimana bisa mengubah sesuatu yang kita tidak ketahui.”

”Ada yang pernah bilang takdir bisa diubah dengan doa. Misalnya doa panjang umur.”

”Itu harapan manusia kepada Tuhannya. Apakah itu yang mengubah takdir? Saya tidak tahu.”

”Kenapa jawabanta’ mengambang Kyai?”

”Karena itulah takdir. Semakin tidak jelas semakin menarik. Semakin misterius semakin menarik. Dan begitu menjadi kenyataan. Sikap kita atas situasi itulah penentu. Takdir yang sedang kau jalani apakah membuatmu mengutuki orang lain atau kamu membersihkan hatimu dari kebencian.”

Suasana lalu hening. Lambat laun suara azan dari masjid kampung tetangga terdengar. Kyai Saleh memberi kode kepada Sampara untuk melantunkan azan. Sebentar lagi, salat Isa akan digelar.

Nantikan lanjutan serial kisah Kiyai Saleh hanya di Kalosara.id. Salam Harmoni.

955 Views
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
22
+1
6
+1
2
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0

About The Author

Example 1100x350