Example 200x600
Example 200x600
Example 1020x250
FiksiInspirasiMotivasi

Salam untuk Semua: Menebar Kedamaian tanpa Batas

242
×

Salam untuk Semua: Menebar Kedamaian tanpa Batas

Share this article
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Salam itu indah, ia bukan sekedar ucapan sapaan, tetapi juga mengandung makna yang mendalam. Demikian pula halnya dalam ajaran Islam, salam bukan cuma sapaan biasa, tapi juga doa dan penghormatan. Bayangkan, setiap kali kita mengucapkan salam, kita mendoakan keselamatan dan kebaikan bagi orang lain. Keren banget, kan?

Bicara soal ngucapin salam ke non-muslim, ternyata ada yang pro dan kontra, lho. Bagi yang berpegang banget sama hadis larangan memulai salam, mereka nolak ucapan salam ke non-muslim dalam bentuk apa pun. Bahkan, bales ucapan salam mereka aja nggak boleh, kecuali cuma bilang ‘wa’alaikum‘ doang.

Mereka juga nggak setuju ngucapin selamat dalam bentuk apa pun, termasuk ucapan selamat hari raya kepada penganut agama lainnya. Soalnya, menurut mereka, itu berarti ngemuliain non-muslim, padahal Allah udah ngerendahin mereka. Wah, pandangan yang eksklusif banget, ya? Kayaknya, mereka nggak terlalu peduli sama prinsip kesetaraan dalam hubungan bermasyarakat.

Nah, buat yang boleh ngucapin salam ke non-muslim, ternyata juga nggak ada kesepakatan soal redaksinya. Ada yang bilang, cukup bilang ‘assalaamu’alaikum‘ atau ‘salaamun ‘alaykum‘ aja. Atau, pakai ungkapan ‘assalaamu ‘alaa man ittba’al hudaa‘, yang artinya salam sejahtera buat yang ngikutin petunjuk kebenaran.

Terus, ada juga yang bilang, nggak boleh ngucapin salam sampai mendoakan ‘warahmatullahi’ setelah assalamu’alaikum. Soalnya, rahmat Allah itu cuma buat orang yang beriman. Tapi, ada ulama yang namanya al-Sya’biy ngebantah pendapat ini. Katanya, “Emangnya non-muslim nggak hidup berkat rahmat dan kasih sayang Allah?”

Jadi, sebenernya doa dan penghormatan ke non-muslim itu bisa pakai kata salam, atau juga bisa pakai redaksi lain sesuai adat dan kebiasaan masyarakat. Yang penting, nggak ngandung kalimat atau makna yang diharamkan. Nah, di sini nih letak masalahnya salam lintas agama yang dipersoalin oleh fatwa MUI. Soalnya, di situ ada nama Tuhan dalam keyakinan agama lain.

Nah, Islam itu agama kedamaian. Jadi, wajar dong kalau umatnya dianjurkan untuk menebar kedamaian ke siapa pun, nggak peduli muslim atau non-muslim. Hubungan sama non-muslim juga harus dibangun dengan prinsip kebaikan dan keadilan. Nggak ada larangan buat berbuat baik dan adil ke mereka yang nggak memusuhi kita. Bahkan, Al-Quran nyuruh kita untuk berlapang dada dan ngucapin salam ke mereka.

Contohnya nih, Nabi Ibrahim yang jadi teladan kita. Beliau pernah ngucapin salam ke ayahnya yang kafir. Keren banget, kan? Terus, ada juga ulama top, namanya Sufyan bin Uyaynah. Dia bilang, boleh kok bersalam sama orang kafir.

Tapi, ada juga yang nggak setuju. Mereka pakai dalil hadis Nabi yang bilang, “Jangan mulai bersalam ke Yahudi dan Nasrani. Kalau ketemu di jalan, persempit ruang geraknya.” Waduh, kok gitu? Tenang, ternyata hadis itu dinyatakan pas lagi perang. Waktu itu, Nabi dan kaum muslim mau ngepung Yahudi Bani Quraizhah karena mereka melanggar perjanjian damai.

Nah, pas lagi damai, para ulama dari jaman sahabat sampai seterusnya pada boleh tuh bersalam ke non-muslim. Nabi sendiri pernah ngucapin salam ke sekumpulan orang yang isinya campur-campur, ada muslim, Yahudi, dan orang musyrik.

Ada juga sahabat Nabi, namanya Abdullah Ibnu Mas’ud. Waktu ada yang ngingetin kalau terlarang ngucapin salam ke non-muslim, dia bilang, “Mereka berhak karena udah nemenin aku dalam perjalanan.” Keren, kan? Terus, ada lagi sahabat lain, namanya Abu Umamah al-Bahiliy. Tiap ketemu orang, muslim atau non-muslim, dia selalu ngucapin salam. Katanya, agama ngajarin kita buat selalu menebar salam kedamaian.

Bahkan, Ibn al-Qayyim, ulama yang dikenal konservatif soal hubungan sama non-muslim, juga nyebut ada banyak nama yang boleh ngucapin salam ke non-muslim. Kalau ada kepentingan bersama yang mendesak, kayak karena hubungan keluarga atau tetangga, boleh aja mulai ngucapin salam ke mereka. Katanya, “Kamu bersalam berarti ngikutin ulama salaf-salih. Nggak bersalam juga ngikutin ulama salaf salih.” Jadi, intinya salam itu buat semua. Mau muslim atau non-muslim, kita tetap harus menebar kedamaian. Karena dengan salam, kita bisa membangun jembatan persaudaraan dan toleransi. So, mulai sekarang, jangan ragu buat ngucapin salam ke siapa pun, ya! Oh Ya, satu lagi nih, Kagak usah ribut karena persoalan salam, ntar malah nggak selamat.

Flag Counter
229 Views
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

About The Author

Example 1100x350