Example 200x600
Example 200x600
Example 1020x250
FaktualIndonesia Hari Ini

Fenomena Mental Komunal, Ancaman Nyata bagi Remaja Indonesia

443
×

Fenomena Mental Komunal, Ancaman Nyata bagi Remaja Indonesia

Share this article
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
1
+1
0

Masa remaja kerap digambarkan sebagai fase penuh gejolak dan tantangan. Di tengah hiruk-pikuk mencari jati diri, remaja Indonesia dihadapkan pada ancaman mengkhawatirkan bernama fenomena mental komunal. Pakar psikologi mengungkapkan, kondisi ini bisa menjermuskan remaja ke dalam kubangan perilaku merusak dan candu berkelompok yang berbahaya.

“Fenomena mental komunal terjadi ketika remaja cenderung mengikuti dan menyesuaikan diri dengan norma kelompok tertentu secara berlebihan,” terang Kartika Sari, Psikolog Klinis dari Universitas Indonesia. “Hal ini bisa memicu pengabaian terhadap nilai-nilai individual dan meningkatkan risiko perilaku menyimpang.”

Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan dengan aksi brutal siswa SMA di Surabaya yang terlibat tawuran antar-geng. Dua kelompok remaja saling serang dengan senjata tajam seperti pedang dan golok. Perkelahian massal itu bermula dari perselisihan sepele hingga memicu amarah komunal. Sejumlah pelajar terluka parah dengan luka bacok dan lebam di beberapa bagian tubuh. Video kekerasan tersebut bahkan tersebar luas di media sosial, memicu kehutan publik.

Tak sampai di situ, kasus serupa yang lebih tragis bahkan memakan korban jiwa di Tangerang pada 2022 lalu. Dua kelompok remaja dari daerah yang berbeda terlibat bentrok berdarah dengan menggunakan senjata tumpul dan tajam. Seorang remaja berusia 16 tahun tewas akibat luka tusuk di dada. Belasan lainnya mengalami luka berat akibat saling pukul dan cedera akibat senjata tajam. Polisi menduga pemicunya adalah dendam lama antar kelompok geng remaja tersebut.

Realitas mencengangkan ini mencerminkan bagaimana mental komunal bisa membelenggu dan mendorong remaja pada tindakan-tindakan destruktif. Solidaritas dan identitas kelompok yang berlebihan mengalahkan nilai-nilai rasionalitas dan kemanusiaan. Remaja cenderung larut dalam budaya anarkis sesama geng, mengabaikan bahayanya hingga memicu aksi kekerasan massal yang merenggut nyawa.

Lebih lanjut, fenomena ini juga berpotensi menjerumuskan remaja ke dalam jeratan penyalahgunaan narkoba dan miras. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan, pada 2021 terdapat lebih dari 1,2 juta remaja yang terpapar narkoba. Angka ini meningkat tajam dari tahun-tahun sebelumnya.

“Tekanan teman sebaya menjadi salah satu faktor utama yang mendorong remaja terjun ke aktivitas berbahaya seperti penyalahgunaan narkoba,” ungkap Rena Puspitasari, peneliti dari BNN. “Mental komunal membiakkan rasa ingin membaur dan diterima kelompok, tak jarang dengan mengorbankan prinsip dan kesehatan.”

Menghadapi krisis ini, para ahli menekankan pentingnya pendampingan dan edukasi yang berkelanjutan. Orang tua diharapkan membuka jalur komunikasi yang sehat dengan putra-putrinya. Sementara itu, pihak sekolah perlu meningkatkan pengawasan serta mengedepankan pendidikan karakter untuk membangun mental remaja yang tangguh dan independen.

“Kita harus bersatu melawan bahaya mental komunal ini. Remaja adalah aset masa depan bangsa yang harus kita jaga dari jeratan kenakalan dan perilaku merusak,” pungkas Kartika.

Nampaknya, melalui upaya bersama yang terkoordinasi, ancaman fenomena mental komunal dapat diatasi. Dengan membentengi remaja Indonesia menggunakan nilai-nilai kebangsaan dan pembinaan karakter yang tepat, generasi muda kita akan terhindar dari cengkeraman patologis tren berbahaya ini.

Flag Counter
430 Views
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
1
+1
0

About The Author

Example 1100x350