Example 200x600
Example 200x600
Example 1020x250
EdukasiMoral

Baliho Caleg: Hiper-Realitas untuk Rayu Pemilih Muda

318
×

Baliho Caleg: Hiper-Realitas untuk Rayu Pemilih Muda

Share this article
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Kalian pasti sering liat baliho gede bergambar wajah para caleg yang nongkrong di pinggir jalan, kan? Siapa yang nggak kesel liat tuh baliho-baliho norak yang bikin polusi visual?

Tapi tau nggak, sih? Dibalik baliho-baliho ‘nyleneh’ itu ada fenomena seru yang bisa kita bahas. Namanya Hiper-Realitas – istilah itu digaungkan oleh seorang filsuf Prancis bernama Jean Baudrillard.

Jadi, intinya begini ya gaes. Di zaman serba digital kayak sekarang, batas antara realitas asli dengan simulasinya udah bener-bener kabur. Kehidupan nyata kita jadi kerendam sama tanda-tanda (signs) dan citra-citra yang nggak jelas asal usulnya. Yang disebut simulacrum gitu. Di era yang serba termediasi teknologi digital seperti saat ini, kita benar-benar dikelilingi oleh tanda-tanda dan citra-citra yang merepresentasikan realitas. Nggak cuma dalam dunia maya kayak medsos, tapi juga di ruang publik nyata.

Contohnya iklan-iklan digital di jalanan, billboard-billboard promosi di mal, atau bahkan desain arsitektur gedung-gedung yang estetik banget. Semuanya itu merupakan simulacrum – simulasi dari realitas yang sebenarnya.

Kita jadi hidup di semesta yang dipenuhi simulasi ini. Bukan lagi dunia yang sepenuhnya nyata, tapi dunia hiper-realitas dimana yang disimulasikan lebih tampak real dibanding realitas itu sendiri.

Ambil contoh mal-mal modern yang didesain nyaman dan estetik banget. Bangunan itu disimulasikan seolah-olah jadi ruang publik yang sempurna untuk berkumpul. Padahal aslinya, mal itu cuma area bisnis yang difungsikan untuk konsumerisme.

Atau media sosial seperti Instagram, yang menyimulasikan kehidupan sempurna melalui editan foto dan caption manis. Realitas asli yang ditampilkan udah kabur, yang tersisa hanya simulacrum kehidupan idaman versi digital.

Jadi, di era serba hiperreal begini, kita harus ekstra kritis dalam membedakan mana yang masih realitas asli dan mana yang sudah simulasi. Jangan sampai kita terlalu larut dalam semesta simulacrum yang diciptakan teknologi dan media. Tetap relate dengan dunia nyata di sekitar kita, gaes!

Nah, baliho para caleg ini jadi salah satu wakil konkret dari simulacrum di kehidupan nyata. Mereka berusaha bangun personal branding dengan cara mengekspos gambar-gambar wajah gede plus narasi-narasi manis yang menjual.

Padahal, realitasnya kita nggak tau mereka sebenernya kaya gimana. Yang kita liat cuma simulasi dari mereka dalam bentuk baliho. Personal branding untuk ngerayu kita para pemilih muda biar milih mereka nanti.

Gila juga ya, sampe segitunya pengen dapetin suara. Pake bikin citra simulasi besar-besaran lewat baliho ‘norak tak berkelas’. Realitas personal mereka yang asli kayak dilupain demi memenangkan persepsi publik.

Tapi gaes, kita yang cerdas harus lebih kritis dan nggak mudah terpengaruh simulasi kaya gitu. Jangan asal pilih mereka yang jago personal branding, tapi pilih yang bener-bener punya rekam jejak bagus dan komitmen kuat untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.

Intinya, kita nggak boleh baper dan tertipu sama hiper-realitas baliho para caleg. Tetap woke dan lihat realitas di balik simulasi mereka! Masa depan ada di tangan kita, kawula muda zaman now!

Flag Counter
306 Views
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

About The Author

Example 1100x350