Example 200x600
Example 200x600
Example 1020x250
#Kiyai SalehFiksi

Serial Kyai Saleh #10: “Nuaiman, Sahabat Nabi Yang Usil”

872
×

Serial Kyai Saleh #10: “Nuaiman, Sahabat Nabi Yang Usil”

Share this article
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
26
+1
6
+1
0
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0

Cuaca Makassar sedang ekstrim. Panas matahari menyengat dengan kuat. Hawa panas terpendar dimana-mana. Sudah tiga hari, Kyai Saleh terserang demam. Sang Kyai kelelahan sehabis melakukan safari maulid di beberapa kampung tetangga. Pengajian diliburkan sembari menanti kesehatan Kyai Saleh pulih.

Tanda-tanda pulih sudah terlihat. Sang Kyai meminta Sampara menyiapkan segelas kopi. Kyai Saleh berjalan dari kamar menuju teras rumah. Hanya lima menit setelah sang Kyai duduk, para santri satu per satu berdatangan menjenguk.

”Sehat maki Kyai?” Tanya Tesa berbasa-basi sembari menyalami sang Kyai. Yusran dan Ais pun melakukan hal yang sama.

”Alhamdulillah nak.”

Tak lama berselang, Sampara datang dengan segelas kopi.

”Kalau mauki datang, telpon-telpon sai dulu. Jadi saya bisa siapkan kopi sekalian. Kalau begini bolak-balikki.” Kata Sampara sambil menggerutu.

”Jangan maki menggerutu Sampara. Kerja ikhlas itu pahala nya besar.” kata Yusran.

”Iye puang.” Sampara menimpali dengan wajah cemberut.

Tak lama berselang, Sampara datang dengan satu cerek kopi dan tiga cangkir kosong.

”Nah begitu dong.” Yusran menyambut dengan antusias. Dia segera menuangkan kopi tersebut dan menyeruputnya. Wajahnya tiba-tiba berubah kecut. Kopi yang sudah di mulutnya segera dilepehkan… sembari mengambil air putih kemasan yang juga tersedia.

”Asinnya…. kenapa kopi asin sekali. Mukerjaika ini Sampara.”

 Sampara terkesiap  kaget. Dia segera mencicipi kopi itu. Wajahnya tersipu malu. Dengan sigap dia mengambil kembali cerek itu.

”Salah liat ka” katanya dengan nada cengengesan.

”Begitu memang kalau tidak ikhlas.” serga Tesa.

Kyai Saleh tersenyum melihat tingkah para santrinya.

”Kyai. Kira-kira di zaman Nabi ada juga orang lucu dan lugu kayak Sampara?” tanya Ais tiba-tiba, memecah keheningan yang tercipta dalam beberapa jenak.

”Menurutmu?” Tanya Kyai Saleh balik. Ais terkesiap.

”Anu, Kyai. Kalau saya dengar ini beberapa kali ceramah maulid. Saya bayangkan kehidupan saat itu formal, bersahaja, kaku. Sahabat-sahabat yang sering diceritakan adalah karakter pemberani, kaya, dermawan, cerdas. Tidak ada yang lucu dan usil.”

Kyai Saleh manggut-manggut.

”Berarti kalian belum akrab dengan sahabat Nabi, Nuaiman bin amar!”

”Siapa itu, Kyai?”

”Sahabat nabi yang sangat usil tetapi disukai oleh Nabi.”

”Bagaimana usilnya Kyai. Paling anu-anu biasa ji.

Kyai Saleh menarik nafas sedikit. Terlihat wajahnya masih kurang sehat.  

Lalu dengan suara yang lebih lemah dari biasanya, sang Kyai menceritakan kisah Nuaiman bin Amar bin rafaah.

*****

Nuaiman adalah sahabat Nabi dari kalangan Anshar. Beliau terlibat dalam perang badar. Sebelum masuk Islam, Nuaiman adalah seorang pemabuk. Sifat aslinya jenaka dan usil. Dia sering mengerjai para sahabat. Nabi Muhammad pun tak luput dari tindakan usilnya. Rasulullah bahkan sering menceritakan keusilan Nuaiman kepada sahabat-sahabat lain.

Di antara keusilan yang dilakukan adalah ketika dia ’menjual’ sahabatnya sendiri Suwaibith bin Nurmala.

Suatu hari, Nuaiman dan Suwaibith diajak oleh Sayyidina Abu Bakr Asshiddiq untuk melakukan rihla perdagangan ke Negeri Syam. Suwaibith bertugas untuk menjaga makanan bekal untuk mereka bertiga.

Siang menjelang, Nuaiman merasa lapar. Saat itu, Abu Bakr sedang terpisah karena urusan perdagangan. Nuaiman mendekati Suwaibith dan meminta makanan. Suwaibith menolak karena Abu Bakr belum datang dan memintanya menjaga bekal itu untuk dimakan bersama.

Nuaiman akhirnya meninggalkan Suwaibith. Dia mendekati sekelompok kafilah. Nuaiman mendapatkan ide. Kepada kelompok kafilah itu, Nuaiman mengaku memiliki seorang budak dan hendak menjualnya dengan harga murah. Seorang kafilah tertarik karena harganya yang murah. Nuaiman mengatakan bahwa kelemahan budaknya adalah sering teriak, ”Saya bukan budak. Saya bukan budak!”

Setelah deal harga, sekelompok kafilah itu mendekati Suwaibith dan berkata, ”Saya telah membeli mu.” Suwaibith terkejut dan berteriak, ”Saya bukan budak. Saya bukan budak”. Kafilah tersebut tidak peduli. Mereka sudah paham seperti perkataan Nuaiman sebelumnya. Mereka langsung menarik Suwaibith yang terus berteriak.

Tak lama berselang, Abu Bakar datang. Dia heran karena Suwaibith tidak berada di tempat. Akhirnya Nuaiman menceritakan kejadian baru saja terjadi. Abu Bakar terkesiap.  Abu Bakar segera mengejar rombongan kafilah tersebut dan menjelaskan situasi sesungguhnya. Para kafilah akhirnya paham. Tebusan yang telah dibayarkan ke Nuaiman dikembalikan.

Ketika peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah, baginda Nabi tertawa hingga gerahamnya kelihatan.

*****

 ”Banyak sekali keusilan yang dilakukan oleh Nuaiman. Tetapi rasulullah senang hingga menyebutkan bahwa Nuaiman akan masuk ke surga dalam keadaaan tersenyum.” Kata Kyai Saleh mengakhiri ceritanya.

Para santri Kyai Saleh tertawa terbahak-bahak mendengar kisah Nuaiman.

”Deh, saya tidak menyangka ada pale karakter Nuaiman di zaman Nabi. Kukira serius semua.” Timpal Yusran.

”Kenapa kisah-kisah seperti ini jarang ditampilkan di publik, Kyai?”Tanya Tesa.

”Mungkin karena kisah seperti ini tidak menarik untuk diceritakan.” Ais ikut berceloteh.

”Soal penceritaan itu pilihan masing-masing penutur. Tergantung kepentingannya.” Kata Kyai Saleh.

”Tetapi saya beberapa kali dengar ceramah maulid. Kadang-kadang saya merasa hopeless karena diceritakan orang yang sejak kecil memang ideal. Saya mau ikuti tetapi kok jauh sekali jaraknya.” Kata Ais dengan nada melemah.

”Nak, kalian tidak bisa menjadi Nabi. Tidak ada yang bisa Nabi. Penceritaan tentang Nabi Muhammad setiap maulid bukan dimaksudkan agar kalian menjadi beliau. Tetapi agar beliau menjadi inspirasi panduan kehidupan. Agar kita mendapatkan syafaatnya kelak.”

Kyai Saleh terdiam sejenak, lalu menyeruput kopi dengan pelan.

”Jika kamu bijak, jadilah Abu Bakar. Jika kamu berani, jadilah Umar. Jika kamu kaya, jadilah Usman. Jika kamu cerdas jadilah Ali. Jika kamu bersahaja jadilah Abu Dzar Al-Giffari. Jika kamu lucu, jadilah Nuaiman. Poinnya, kenali dirimu sendiri dan cari tokoh-tokoh inspirasi yang cocok dengan karaktermu.”  

Kyai Saleh kembali terdiam.

”Nabi adalah kesempurnaan. Kita mungkin tidak bisa sempurna. Tetapi perjalanan menuju kesempurnaan adalah kesempurnaan itu sendiri.”

Lalu hening. Senja mulai meraja. Suara shalawat dari masjid kampung sebelah sudah terdengar.

”Kasih tau Daeng Sikki. Dia imam salat dulu ya. Kepala saya masih pening. Besok baru kita mulai pengajian lagi.” Kata Kyai Saleh lalu berdiri dan berjalan menuju ke area dalam rumah. Para santri pun bubar.

781 Views
Penilaian Anda Untuk Postingan Ini?
+1
26
+1
6
+1
0
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0

About The Author

Example 1100x350